KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT DI
KEPULAUAN INDONESIA
Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari
kulit bumi ) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang,
terbagi menjadi beberapa jaman yaitu :
a. Jaman azoikum (tidak ada kehidupan )
Jaman ini berlangsung sekitar 2500 juta tahun, keadaan bumi masih belum
stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu
pada jaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
b. Jaman paleozoikum (kehidupan tertua)
Jaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun, keadaan bumi masih belum
stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi menjelang akhir dari jaman ini
mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu,
hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amphibi, reptil dan
beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah maka jaman ini dinamakan pula
dengan jaman primer (jaman kehidupan pertama ).
c. Jaman mesozoikum (kehidupan pertengahan )
Jaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada jaman
ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pohon-pohon besar
muncul, amphibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reptil mencapai bentuk
yang sangat besar sekali seperti dinosaurus tyrannosaurus,
brontosaurus , atlantosaurus.
Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama
berjam-jam , jenis ini dinamakan dengan pterodon. Jaman ini dinamakan jaman
sekunder (kehidupan ke-2), ada pula yang menyebut jaman ini dengan istilah
jaman reptil, karena jenis hewan di dominasi oleh reptil dengan
bentuk yang sangat besar. Pada akhir jaman ini mulai muncul jenis mamalia .
d. Jaman neozoikum (kehidupan muda)
Jaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun , jaman ini
terbagi lagi menjadi jaman tersier (kehidupan ke-3) dan quarter (kehidupan
ke-4) . pada jaman ini keadaan bumi telah membaik, perubahan cuaca tidak begitu
besar dan kehidupan berkembang dengan pesat .
1. Jaman tersier
Pada jaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang
pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan
sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar
dari pada Gorilla sehingga disebut Giganthropus.
Hewan ini menyebar dari Afrika ke Asia Selatan, tetapi kemudian punah. Pada
masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua Asia, sebagai buktinya jenis
babi purba (choeromous) dari jaman ini ditemukan pula di Asia Daratan.
2. Jaman quarter
Berlangsung sekitar 600 ribu tahun, di tandai dengan adanya tanda-tanda
kehidupan manusia. Jaman ini terbagi atas jaman diluvium (pleistocen)
dan jaman alluvium (holocen).
Jaman Diluvium berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu, mulai
muncul kehidupan manusia purba. Jaman ini dinamakan pula jaman glacial (jaman
es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah Eropa
Utara, Asia Utara dan Amerika Utara.
Pada masa ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan
Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia. Mencairnya es di kutub telah
mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik dengan Asia
maupun Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan
sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di
sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di pisahkan oleh
Zone Wallace ( garis wallace).
Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah
besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis
migrasi ke wilayah tropis. Perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia
terbagi atas dua jalur. Pertama melalui Malaysia ke Sumatra
dan Jawa, kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan
dan Jawa .
Pada jaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari
daratan Asia ke Indonesia, yaitu Pithecanthropus Erecrus (ditemukan
di Trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis.
Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di
temukan di Cina, Malaysia Birma. Homo Wajakensis yang
menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke Selatan
sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa
aborigin.
Jaman alluvium, pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk
dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. Jenis manusia
pertama yang migrasi dari Asia ke Indonesia sudah tidak ada dan
digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).
KRONOLOGIS PERKEMBANGAN BIOLOGIS MANUSIA PURBA
INDONESIA
Kehidupan manusia pra sejarah dapat di ketahui melalui berbagai fosil.
berdasarkan penelitian manusia tersebut telah memiliki kemampuan untuk
mengembangkan kehidupan walaupun masih sangat sederhana dan kemampuan berfikir
terbatas. Berikut ini beberapa penemuan fosil manusia purba di Indonesia :
A. MEGANTHROPUS PALEO JAVANICUS
Artinya Manusia
Jawa Tertua yang Bertubuh Besar, yang hidup di
Jawa sekitar 2-1 juta tahun silam. Manusia ini mempunyai ciri biologis
berbadan besar, kening menonjol, tulang pipi tebal, rahang besar dan kuat
makanan utamanya adalah tumbuhan dan buah-buahan, hidup dengan cara food gathering
(mengumpulkan makanan). Ralph von koenigswald menemukan fosil
dari rahang bawah manusia jenis ini di Sangiran (lembah bengawan solo ) pada
1941.
B. PITECHANTHROPUS
Diartikan dengan manusia kera, fosilnya paling banyak
di temukan di Indonesia. mereka hidup dengan cara food gathering dan
berburu. pitechanthropus terbagi kedalam beberapa jenis yaitu : pitechanthropus
mojokertensis, robustus, dan erectus.
a. Pitechanthropus mojokertensis fosilnya ditemukan oleh Von
Koenigswald pada tahun 1936, dalam bentuk tengkorak anak-anak berusia
5 tahunan di Mojokerto (lembah bengawan solo ). Hidup sekitar 2,5-2,25
juta tahun lalu. Ciri – ciri biologisnya antara lain : muka menonjol kedepan ,
kening tebal dan tulang pipi yang kuat
b. Pitechanthropus robustus , fosilnya di temukan oleh wiedenreich
dan Koenigswald di Trinil (ngawi jatim) 1939. ciri biologisnya
hampir sama dengan Pitechathropus Mojokertensis, bahkan
Koenigswald menganggapnya masih dari jenis yang sama .
c. Pitechanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak ),
fosilnya ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil (ngawi jatim)
pada 1890. Mereka hidup sekitar 1 juta sampai 600 ribu tahun yang lalu. Ciri
biologisnya bertubuh agak kecil, badan tegap, pengunyah yang kuat, volume otak
900 cc, kemampuan berfikir masih rendah, menurut pendapat Teuku Jacob
, manusia ini telah bisa bertutur.
C. HOMO
1. Homo :
Artinya manusia. Merupakan jenis manusia purba yang paling maju dibandingkan
yang lain. Ciri :
§ Berat
badan kira-kira 30-150 kg
§ Volume
otaknya lebih dari 1350 cc
§ Alatnya
dari batu dan tulang
§ Berjalan
tegak
§ Muka
& hidung lebar
§ Mulut
masih menonjol
Manusia Jenis Homo yang ditemukan di Indonesia antara lain :
1. Homo Soloensis, fosilnya ditemukan antara 1931 -1934 oleh Von
Koenigswald, Ter Haar dan Oppennorth
di sepanjang lembah Bengawan Solo. Homo Soloensis diperkirakan hidup antara
900-200 ribu tahun lalu. Ciri biologis diantaranya bentuk tubuh tegak, kening
tidak menonjol. menurut Koenigswald, jenis ini lebih tinggi tingkatannya dari pitechanthropus
erectus.
2. Homo wajakensis, fosilnya ditemukan oleh Rietschoten
dan Dubois antara tahun 1888-1889 di desa Wajak (tulung agung
). Ciri biologisnya : tinggi mencapai 130-210 cm, berat badan sekitar 30 – 150
kg, volume otak sampai dengan 1300cc. Mereka hidup dengan makanan yang telah di
masak walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana .
Homo di temukan di afrika
§ Homo
Sapiens (manusia cerdas) : Berasal dari zaman Holosen, bentuk tubuhnya
menyerupai manusia sekarang. Sudah menggunakan akal dan memiliki sifat yang
dimiliki manusia sekarang. Kehidupannya masih sederhana dan mengembara. Cirinya
:
1. Volume
otaknya 1000-1200 cc
2. Tinggi
badan antara 130-210 cm
3. Otot
tengkuk mengalami penyusutan
4. Alat
kunyah dan gigi mengalami penyusutan
5. Muka
tidak menonjol ke depan
6. Berdiri
& berjalan tegak
7. Berdagu
Jenis
homo sapiens di dunia terdiri dari subspesies yang menurunkan berbagai manusia
:
§ Ras
Mongoloid
: Berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus. Menyebar ke Asia Timur
(Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara)
§ Ras
Kaukasoid : Berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung.
Penyebarannya ke Eropa, India utara, Yahudi, Arab, Turki, Asia Barat lainnya
§ Ras
Negroid : Ciri berkulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebarannya ke
Australia, Papua, dan ke Afrika
PETA TEMPAT PENEMUAN MANUSIA JENIS HOMO
1.Sangiran
2. Sambungmacan
3. Sonde
4. Trinil
5. Ngandong
7. Kedung Brubus
2. Sambungmacan
3. Sonde
4. Trinil
5. Ngandong
7. Kedung Brubus
8. Kalibeng
9. Kabuh
10. Pucangan
11. Mojokerto (Jetis-Perning)
9. Kabuh
10. Pucangan
11. Mojokerto (Jetis-Perning)
Zaman logam
1. Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat
alat-alat dari logam di samping alat- alat dari batu.
2. Orang sudah mengenal teknik melebur
logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan.
3. Teknik pembuatan alat logam ada dua
macam, yaitu
Ø dengan cetakan batu yang disebut
bivalve
Ø dengan cetakan tanah liat dan lilin yang
disebut a cire perdue.
4.Periode ini juga disebut masa perundagian
karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan
pekerjaan tangan.
Zaman logam ini dibagi atas: –
- Zaman Perunggu
- Zaman Besi
- Zaman Tembaga (tidak terlalu berkembang di indonesia)
1. Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga
dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan) ini manusia purba
sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga
diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain
:
§ Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk
golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa- Bali, Sulawesi,
Kepulauan Selayar, Irianb. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang
digunakan sebagai maskawin.
Ditemukan di Sumatera, Jawa- Bali, Sumbawa,
Roti, Selayar, Leti
·
Kapak
Corong
·
Nekara
Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi
Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing
dan gepeng.Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat
indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.
2.Bejana Perunggu
3. Arca
perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam,
ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang. Pada umumnya arca
perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya
·
Adapun
fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga
tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai liontin/bandul
kalung. Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau),
Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).
4. Candrasa
Kalau dilihat
dari bentuknya, tentu Candrasa tidak berfungsi sebagai alat
pertanian/pertukangan tetapi fungsinya diduga sebagai tanda kebesaran kepala
suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh
dengan hiasan.
Perhiasan :
gelang, anting-anting, kalung dan cincin.
Jenis perhiasan
dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti kalung,
gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan
tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari
lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat
tukar (mata uang).
• Daerah penemuan
perhiasan perunggu di Indonesia adalah Bogor, Malang dan Bali.
- Perhiasan
- Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi
dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan
besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur
besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Untuk
Mengetahui Jenis-Jenis Manusia Purba Dan Corak Kehidupan Pada Masa Prasejarah,
Para Ahli Mengadakan Penelitian. Penelitian dilakukan dengan mengadakan Penggalian. Dalam Penggalian sering ditemukan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang sudah membatu, sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang sudah membatu itu dinamakan fosil, pada waktu penggalian diketahui bahwa bumi kita berlapis-lapis,
Pada tiap-tiap lapisan bumi sering ditemukan fosil-fosil hewan, tumbuhan, dan manusia tertentu yang menjadi ciri khusus dari suatu lapisan. fosil-fosil itu disebut fosil pandu karena fosil ini memberi petunjuk kepada kita bagaimana kira-kira kehidupan manusia pada zaman prasejarah. dari fosil tersebut dapat diketahui usia lapisan bumi dimana fosil ditemukan.
Penelitian ilmiah tentang fosil manusia purba (paleoanthropologi) telah banyak dilakukan oleh para ahli diberbagai daerah diwilayah Indonesia Sejak Tahun 1889 sampai sekarang.
Para Ahli Mengadakan Penelitian. Penelitian dilakukan dengan mengadakan Penggalian. Dalam Penggalian sering ditemukan sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang sudah membatu, sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan yang sudah membatu itu dinamakan fosil, pada waktu penggalian diketahui bahwa bumi kita berlapis-lapis,
Pada tiap-tiap lapisan bumi sering ditemukan fosil-fosil hewan, tumbuhan, dan manusia tertentu yang menjadi ciri khusus dari suatu lapisan. fosil-fosil itu disebut fosil pandu karena fosil ini memberi petunjuk kepada kita bagaimana kira-kira kehidupan manusia pada zaman prasejarah. dari fosil tersebut dapat diketahui usia lapisan bumi dimana fosil ditemukan.
Penelitian ilmiah tentang fosil manusia purba (paleoanthropologi) telah banyak dilakukan oleh para ahli diberbagai daerah diwilayah Indonesia Sejak Tahun 1889 sampai sekarang.
Hasil Budaya Dari Manusia Purba Di Indonesia
Mempelajari hasil
kebudayaan dapat memberikan pemahaman akan kehidupan di masa sejarah untuk itu
materi kali ini kita akan membahas sejarah yaitu
mengenai Hasil Budaya Dari Manusia Purba di Indonesia. Banyak peninggalan
hasil budaya yang bisa ditemukan di Indonesia yang menggambarkan kehidupan
tempo dulu, lebih jelasnya tentang hasil
budaya manusia purba silahkan ikuti pembahasan berikut ini.
1. Budaya Pacitan
Kapak perimbas adalah
kapak yang digenggam dan berbentuk massif. Dengan membandingkan bukit-bukit yang ada
di Cina, maka kapak perimbas pendukungnya Pitechanthropus. Movius berpendapat,
bahwa di Asia Timur berkembang budaya paleolithik yang berbeda dengan corak
yang berkembang di Eropa, Afrika, Asia bagian barat termasuk India. Movius juga
menggolongkan budaya kapak menjadi empat jenis yaitu:
a. kapak perimbas (chopper)
b. kapak penetak (chopping tool)
c. pahat genggam (hand axe)
Bahan batu yang digunakan di Indonesia adalah jenis batuan kapur, kersikan, tufa. Di Indonesia alat-alat tersebut paling banyak dan paling lengkap ditemukan di Pacitan. Sarjana yang telah mengadakan penelitian antara lain: Von Koenigswald, MHF. Tweedie, Van Heekeren, dan R.P. Soejono.
a. kapak perimbas (chopper)
b. kapak penetak (chopping tool)
c. pahat genggam (hand axe)
Bahan batu yang digunakan di Indonesia adalah jenis batuan kapur, kersikan, tufa. Di Indonesia alat-alat tersebut paling banyak dan paling lengkap ditemukan di Pacitan. Sarjana yang telah mengadakan penelitian antara lain: Von Koenigswald, MHF. Tweedie, Van Heekeren, dan R.P. Soejono.
Alat-alat Pacitan yang dikumpulkan
oleh Von Koenigswald dan digolongkan oleh Movius adalah:
a. kapak perimbas
b. kapak penetak
c. pahat genggam
d. proto kapak genggam
e. kapak genggam
f. alat serpih
g. batu inti dan aneka ragam alat lainnya.
a. kapak perimbas
b. kapak penetak
c. pahat genggam
d. proto kapak genggam
e. kapak genggam
f. alat serpih
g. batu inti dan aneka ragam alat lainnya.
2. Budaya Ngandong
Alat-alat dari tulang ditemukan di
Ngandong dan Sidorejo dalam konteks Pitechanthropus Soloensis. Alat-alat ini
dibuat dari tulang, tanduk menjangan, dan dari ikan pari dalam bentuk mata
tombak, pisau, belati, mata panah. Sedang alat serpih digunakan sebagai pisau,
gurdi, dan alat penusuk.
3. Temuan dari Bali dan Nusa Tenggara
R.P. Soejono mengadakan penelitian
paleolithik di Sembiran, Bali. Jenis budaya paleolihik yaitu sebagai berikut:
1. kapak perimbas, alat ini berpenampang
lintang trapesium dan tidak ada tanda sudah dipakai, tergolong serut, tajam
sebelah, dibuat dari batu kerakal atau pecahan batu.
2. Pahat genggam, berbentuk agak persegi
berukuran sedang dan kecil.
3. Serut pundak, termasuk alat paleolithik
yang khusus, belum banyak ditemukan di Indonesia. Berbentuk telapak kuda, tajam
berbentuk setengah lingkaran.
4. Proto kapak genggam, dibuat dari batu
kerakal, bidang bawahnya diratakan, bidang atas meruncing, dan kulit baru
tersebut pada genggaman.
5. Batu-batu inti, batu martil dan jenis-jenis
serut lainnya.
T. Verhoeven yang mengadakan
penelitian di Flores, lokasi alat-alat paleolithik di Wangka, Soa, Mangeruda,
Olabula dan Maumere, bentuknya berupa kapak perimbas, kapak penetak, pahat
genggam dan proto kapak genggam.
4. Temuan dari Kalimantan dan Sulawesi
Di Kalimantan dilakukan penyelidikan
oleh Toer Soetardjo, H. Kupper, Van Heekeren dan didapatkan budaya kapak
perimbas dan alat serpih yang terbuat dari kerakal kuarsa dan varian jaspis.
Sedangkan di Wallace dan Cabbenge (Sulawesi Selatan) ditemukan alat-alat serpih
terbuat dari batu kalsedon dan batuan gamping kersikan. Penelitian dilakukan
oleh Van Heekeren.
5. Temuan di Sumatra
Houbolt menyelidiki ditambang sawah
dan menemukan proto kapak genggam. Sedangkan di Bungamas (Lahat) didapatkan
alat-alat dari batu seperti serut, kapak penetak, pahat genggam dan kapak
genggam.
6. Masa Berburu dan Berpindah-Pindah Tingkat Lanjut
Penemuan kebudayaan masa ini tersebar
di Indonesia seperti di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.
Dari penemuan kebudayaan kita mendapat kesimpulan bahwa sudah ada tanda-tanda
hidup yang sudah menetap yakni digoa-goa (abris sous roche).
Van Heekeren mengadakan penelitian di Karrasa, Panameanga, dan Pattae (Sulawesi) dan berdasarkan temuannya Heekeren membedakan tiga lapis kebudayaan, yaitu:
Van Heekeren mengadakan penelitian di Karrasa, Panameanga, dan Pattae (Sulawesi) dan berdasarkan temuannya Heekeren membedakan tiga lapis kebudayaan, yaitu:
1. Toala I atau Toala Atas, berupa mata panah
bersayap dan bergerigi, serut kerang, dan gerabah.
2. Toala II atau Toala Tengah, berupa bilah,
mata panah berpangkal bundar, dan alat-alat mikrolit.
3. Toala III atau Toala Bawah, berupa serpih
dan bilah yang agak besar diantaranya serpih berujung cekung, dan serpih
bergagang.
Di kepulauan Nusa Tenggara Timur,
tradisi serpih bilah ditemukan di Flores, Roti, dan Timor. Alat penting yang
lain berupa sampah dapur (kjokkenmodinger) yang berisi kulit-kulit kerang yang
ditemukan di Sumatra Timur. Hasil budaya lain berupa flake (serpihan). Alat ini
ditemukan di goa-goa yang memberikan petunjuk bahwa manusia yang hidup dimasa
mesolithikum telah hidup di goa. Flake banyak terbuat dari batu berharga atau
yang disebut obsidian.
7. Alat Tulang
Tradisi ini berasal dari
Vietnam dan Annam, akhirnya sampai ke Jawa Timur. Bentuk alat tersebut seperti
bilah, sundip, belati, lancipan, anak panah, dan sumpitan. Penemuan yang
terkenal adalah di goa Lawa (Ponorogo). Daerah lain yang sejenis di Goa Lawa
adalah Bojonegoro, Tuba, Besuki, dan Bali.
8. Kapak Genggam Sumatra
Tradisi ini berasal dari
Asia Tenggara
melalui semenanjung Malaya sampailah di Sumatra. Di Sumatra didapatkan di
Lhokseumawe, Binjai dan Tamiang, terbuat dari batu andesit, batu pasir, dan
batu kuarsit. Kapak sumatra didapatkan cukup banyak dalam bentuk lonjong, bulat
dan lancip.
PERKEMBANGAN BUDAYA PADA
MASYARAKAT
AWAL INDONESIA
Zaman
prasejarah merupakan zaman manusia belum mengenal tulisan. Zaman ini banyak
meninggalkan benda yang merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa sesuai
dengan masanya sebagai hasil kebudayaan masyarakat atau yang lebih dikenal
dengan Artefak.
Kebudayaan Indonesia pada zaman itu dibagi 2, yaitu :
1. ZAMAN BATU
a. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
Kebudayaan Indonesia pada zaman itu dibagi 2, yaitu :
1. ZAMAN BATU
a. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
Pada
zaman ini kebutuhan dan pola pikir manusia masih simpel, sehingga alat-alatnya
pun masih sederhana, seperti dari batu kasar yang belum di haluskan dan belum
banyak ragamnya
·
Kapak genggam merupakan hasil dari kebudayaan zaman Batu Tua atau Paleolitikum, di mana salah satu manusia pendukungnya adalah Pithecanthropus erectus. Mereka hidup secara berkelompok dan tinggal secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kapak genggam pernah ditemukan oleh Von Koeningswald pada 1935 di Pacitan, Jawa Timur. Hasil penyelidikan menunjukkan kapak jenis
Kapak genggam dibuat dari gamping kersikan dan berbentuk lonjong. Dinamakan kapak genggam karena digunakan dengan cara menggenggam, mirip dengan kapak tetapi tidak bertangkai, yang kemudian sering disebut dengan chopper (alat penetak) atau kapakperimbas.
Kapak genggam merupakan hasil dari kebudayaan zaman Batu Tua atau Paleolitikum, di mana salah satu manusia pendukungnya adalah Pithecanthropus erectus. Mereka hidup secara berkelompok dan tinggal secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kapak genggam pernah ditemukan oleh Von Koeningswald pada 1935 di Pacitan, Jawa Timur. Hasil penyelidikan menunjukkan kapak jenis
Kapak genggam dibuat dari gamping kersikan dan berbentuk lonjong. Dinamakan kapak genggam karena digunakan dengan cara menggenggam, mirip dengan kapak tetapi tidak bertangkai, yang kemudian sering disebut dengan chopper (alat penetak) atau kapakperimbas.
Kapak
perimbas adalah kapak yang tajamnya berbentuk konveks
(cembung) atau kadang-kadang lurus, diperoleh melalui pemangkasan pada salah
satu sisi pinggiran batu. Kulit batu masih melekat pada bagian besar permukaan
batu. (Marwati Djoened Poesponegoro;2008, 96).
Melihat seluruh penemuan di wilayah Punung, dari hasil-hasil penggolongan alat-alat Paleolitik yang ada, bahwa jenis kapak Perimbas menduduki tempat utama diantara alat-alat yang massif. Kapak Perimbas budaya Pacitan oleh Heekeren dibagi dalam beberapa jenis yaitu Tipe setrika (iron-heater chopper) yang berbentuk panjang menyerupai setrika, berpenampang lantang plano-konveks, dan memperlihatkan penyerpihan yang tegas dan Tipe kura-kura (tortoise ) yang cirinya beralas membulat dengan permukaan atas yang cembung dan meninggi. (Modul Sejarah "Hayati Tumbuh Subur" kelas X)
b. Zaman Batu Tengah (Mesolithikum)
Pendukungnya Homo Sapiens, hidup mulai menetap, mulai bercocok tanam dan mengenal kesenian. Dan di temukannya alatnya dari batu yang sudah diasah,dan. dihaluskan sebagian saja.
Melihat seluruh penemuan di wilayah Punung, dari hasil-hasil penggolongan alat-alat Paleolitik yang ada, bahwa jenis kapak Perimbas menduduki tempat utama diantara alat-alat yang massif. Kapak Perimbas budaya Pacitan oleh Heekeren dibagi dalam beberapa jenis yaitu Tipe setrika (iron-heater chopper) yang berbentuk panjang menyerupai setrika, berpenampang lantang plano-konveks, dan memperlihatkan penyerpihan yang tegas dan Tipe kura-kura (tortoise ) yang cirinya beralas membulat dengan permukaan atas yang cembung dan meninggi. (Modul Sejarah "Hayati Tumbuh Subur" kelas X)
b. Zaman Batu Tengah (Mesolithikum)
Pendukungnya Homo Sapiens, hidup mulai menetap, mulai bercocok tanam dan mengenal kesenian. Dan di temukannya alatnya dari batu yang sudah diasah,dan. dihaluskan sebagian saja.
Abris
Sous Roches atau tempat perlindungan di bawah
karang (gua karang) merupakan tempat tinggal yang digunakan manusia purba yang
terdapat di tepi laut atau di daerah pegunungan kapur. Merupakan tempat tinggal
yang bersifat sementara yang berbentuk gua. Banyak di temukan di Pacitan (Jawa
Timur), Teluk Tiron (Papua), Pulau Seram (Maluku), dan Sulawesi Selatan.
Penemuan gua karang tersebut di dasarkan pada bukti fosil manusia purba secara
utuh ditemukan di gua karang dekat Pacitan. (http://jatheymuna.blogspot.com/)
Kjokkenmodinger atau
sampah dapur adalah tumpukan kulit kerang yang menggunung atau membentuk bukit.
Kjokkenmodinger ini banyak di temukan di muka di sepanjamg pantai timur pulau
Sumatra (Langsa serta medan)
c. Zaman Batu Baru/Muda (Neolithikum)
Alatnya sudah dihaluskan seluruhnya. Hidup sudah mulai menetap, sudah menghasilkan makanan(food producing), Alatyang dihasilkan sudah menunjukan tingkat penguasaan teknologi dan cita seni yang tinggi seperti kapak persegi (beliung persegi) ditemukan di Sumatera, Bali, Jawa, dan kapak lonjong yang ditemukan di Irian, Maluku, Sulawesi Utara, Tanimbar serta perhiasan dan pakaian dari kulit kayu.
c. Zaman Batu Baru/Muda (Neolithikum)
Alatnya sudah dihaluskan seluruhnya. Hidup sudah mulai menetap, sudah menghasilkan makanan(food producing), Alatyang dihasilkan sudah menunjukan tingkat penguasaan teknologi dan cita seni yang tinggi seperti kapak persegi (beliung persegi) ditemukan di Sumatera, Bali, Jawa, dan kapak lonjong yang ditemukan di Irian, Maluku, Sulawesi Utara, Tanimbar serta perhiasan dan pakaian dari kulit kayu.
Kapang
lonjong terbuat dari bahan nefrit yang berwarna hijau dan
sudah diasah. Kapak lonjong yang berukuran besar dinamakan Walzenbell sedangkan
yang kecil disebut Kleinbell. Daerah pusat kapak lonjong adalah papua dan
wilayah Indonesia bagian Timur.
Gerabah
terbuat dari tanah liat yang belum memakai pelarikan(roda landasan) tetap.
Setelah benda yang dikehendaki terbentuk, maka benda dihaluskan dari luar dan
dalam dengan batu kecil yang licin, berupa tembikar (peliuk belangga) yang
dihiasi gambar seni.
d.
Zaman Batu Besar (Megalithikum)
MASA BERBURU DAN MERAMU (food gathering)
/ MENGUMPULKAN MAKANAN
a) Kehidupan Sosial
Pada masyarakat food gathering, mereka sangat
menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat
memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu
mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka
hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
a. Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di
tempat yang mereka diami.
b. Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah
tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
c. Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan
mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
· Mereka masih
hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang
tinggal di daerah pantai
· Mencari
makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau
danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
· Mereka hidup
dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti
binatang buruan/ mengumpulkan makanan.
· Dalam
kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja. Laki-laki pada
umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan
makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu
makanan yang akan di makan.
· Hubungan antar
anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta
mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
· Populasi
pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan
yang masih sanagat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai
bahaya.
b) Kehidupan Ekonomi
v Pada masa ini
belum ada tanda-tanda adanya kehidupan ekonomi.
v Pada masa ini
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bekerjasama dalam kelompok (10-15 orang)
untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Sehingga kebutuhan hidup mereka dapat
dipenuhi dengan cara mengambil apa yang ada di alam. Ketika persediaan makanan
di suatu daerah sudah habis maka mereka akan berpindah dan mencari daerah lain
yang menyediakan kebutuhan hidup mereka.
v Memang pada
akhir masa ini dapat diketahui bahwa asal kapak genggam dan alat-alat serpih
serta alat-alat tulang berasal dari Asia. Namun belum ada bukti-bukti yang
menunjukkan adanya tanda-tanda berupa alat penukar.
c) Kehidupan Budaya
ü Dengan
peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama
kelamaan mereka membuat perahu.
ü Mereka belum
mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak
makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
ü Mereka sudah
mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai
kulit-kulit kerang sebagai kalung.
ü Untuk
mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan
kayu.
ü Pada masa itu
mereka memilih untuk tinggal di goa-goa. Dari tempat tersebut ditemukan
peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:
- Kapak perimbas, Kapak Penetak,
Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
d) Kepercayaan
Pada saat itu masyarakat sudah mengenal kepercayaan pada
tingkat awal. Mereka yakin bahwa ada hubungan antara orang yang sudah meninggal
dan yang masih hidup.Mereka telah mengenal kepercayaan sistem penguburan
sebagai bukti penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Hal ini
terbukti dengan didirikan kuburan sebagai bukti penghormatan terakhir pada
orang yang meninggal
Hal ini menunjukkan bahwa telah muncul kepercayaan pada
masa berburu dan meramu. Dengan penguburan berarti telah muncul konsep
kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan
yang masih hidup.
Manusia purba di Indonesia pada masa ini diperkirakan
sudah mengenal bahwa jenazah manusia itu harus dikubur. Kesadaraan akan adanya
kekuatan gaib di luar perhitungan manusia. Itulah yang menjadi dasar kepercayaan.
e) Teknologi
Teknologi masa
food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang
digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.
2. MASA BERCOCOK TANAM (food Producing) dan berternak
a) Kehidupan Sosial
☼ Kehidupan bercocok tanamnya
dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan
hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke
tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan
kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
☼ Telah tinggal menetap di suatu
tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan
memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah
hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam
lingkungan.
☼ Dengan hidup menetap, merupakan
titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan
hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan
perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
☼ Jumlah anggota kelompoknya semakin
besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih
sering berpindah-pindah tempat tinggal.
☼ Populasi penduduk meningkat. Usia rata-rata manusia masa
ini 35 tahun.
☼ Muncul kegiatan kehidupan
perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban
kehidupan masyarakat.
☼ Diangkat seorang pemimpin yang
berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
☼ Mereka hidup bergotong royong,
sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Kehidupan Ekonomi
☺ Mereka telah mengenal sistem
barter, dimana terjadi pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/
sistem ekonomi dalam masyarakat.
☺ Hubungan antar anggota masyarakat
semakin erat baik itu di lingkungan daerah tersebut maupun di luar daerah
☺ Sistem perdagangan semakin
berkembang seiring dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat.
☺ Untuk memperlancar diperlukan
suatu tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada
perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi
sebuah kebutuhan hidupnya.
c) Kehidupan Budaya
♫ Kebudayaan semakin berkembang
pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan
yang lebih baik
♫ Peninggalan kebudayaan manusia
pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari
tanah liat, batu maupun tulang
♫ Hasil kebudayaan pada masa
bercocok tanam:
Beliung
Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum
seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
d) Kepercayaan
♣ Pada masa ini kepercayaan
masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga mempunyai konsep tentang
apa yang terjadi dengan seseorang yang telah meninggal
♣ Inti kepercayaannya, yaitu
penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang sebagai suatu kepercayaan
yang berkembang di seluruh dunia.
♣ Di Indonesia, kepercayaan dan
pemujaan terhadap roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan berupa
tugu-tugu batu/ bangunan megalitikum yang letaknya di puncak bukit, di lereng
gunung/ tempat yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini muncul dari
anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada pada suatu tempat yang lebih
tinggi. Terdapat peninggalan yang berhubungan dengan kepercayaan, yaitu
terdapat kebudayaan batu besar seperti menhir, dolmen, sarkofagus, waruga,
arca, serta punden berundak
♣ Kepercayaan masyarakat pada masa
ini diwujudkan dalam berbagai upacara tradisi Megalitikum/upacara-upacara
keagamaan, persembahan kepada dewa dan upacara penguburan mayat yang dibekali
dengan benda milik pribadi ke kuburnya.
♣ Terdapat kepala suku yang memiliki
kekuasaan dan tanggungjawab penuh terhadap kelompok sukunya. Seorang kepala
suku dapat mengatur dan melindungi kelompok sukunya dari segala bentuk ancaman
seperti, ancaman dari binatang buas, ancaman dari kelompok lainnya, ancaman
dari wabah penyakit. Roh nenek moyang selau mengawasi kelompok masyarakatnya.
Kepala suku berhak mengambil keputusan apapun.
♣ Wujud kepercayaan pada masa ini
tampak dengan telah dihasilkan bangunan megalit, seperti menhir, dolmen,
keranda, kubur batu, dll. Adanya bangunan megalit menunjukkan bahwa pemujaan
roh nenek moyang mempunyai tempat penting dalam kehidupan rohani pada masa itu.
Pada masa itu telah ada pula upacara yang berkaitan erat dengan kepercayaan
atau agama.
C. KEPERCAYAAN MASYARAKAT PRASEJARAH DI INDONESIA
Ada 2 sistem
kepercayaan pokok yang berkembang pada masyarakat prasejarah Indonesia, yaitu:
a. Animisme, adalah kepercayaan kepada roh yang
mendiami semua benda termasuk pohon, batu, sungai, dan gunung.
b. Dinamisme, ialah kepercayaan bahwa segala
sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan/
kegagalan manusia untuk mempertahankan hidup.
Selain kedua
sistem kepercayaan tersebut masih ada yang lain, yaitu:
a. Fetisisme, adalah kepercayaan adanya jiwa dalam
benda tertentu (dalam keris, batu mulia/akik)
b. Animatisme, ialah kepercayaan bahwa benda-benda
dan tumbuhan itu berjiwa dan berpikir seperti manusia
c. Totemisme, yaitu kepercayaan kepada binatang
sebagai totem/ lambang dari dewa nenek moyang baik berupa binatang maupun benda.
d. Syaminisme, adalah kepercayaan akan adanya
orang yang dapat menghubungkan manusia dengan roh.
Peralatan
penunjang upacara salah satunya Dolmen, yaitu batu yang berbentuk meja dan
digunakan sebagai tempat persembahan bagi roh nenek moyang serta mempunyai
kekuatan tertinggi yang melindungi mereka.
b) Kehidupan Ekonomi
☺ Mereka telah mengenal sistem
barter, dimana terjadi pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/
sistem ekonomi dalam masyarakat.
☺ Hubungan antar anggota masyarakat
semakin erat baik itu di lingkungan daerah tersebut maupun di luar daerah
☺ Sistem perdagangan semakin
berkembang seiring dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat.
☺ Untuk memperlancar diperlukan
suatu tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada
perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi
sebuah kebutuhan hidupnya.
c) Kehidupan Budaya
♫ Kebudayaan semakin berkembang
pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan
yang lebih baik
♫ Peninggalan kebudayaan manusia
pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari
tanah liat, batu maupun tulang
♫ Hasil kebudayaan pada masa
bercocok tanam:
Beliung
Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum
seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
d) Kepercayaan
♣ Pada masa ini kepercayaan
masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga mempunyai konsep tentang
apa yang terjadi dengan seseorang yang telah meninggal
♣ Inti kepercayaannya, yaitu
penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang sebagai suatu kepercayaan
yang berkembang di seluruh dunia.
♣ Di Indonesia, kepercayaan dan
pemujaan terhadap roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan berupa
tugu-tugu batu/ bangunan megalitikum yang letaknya di puncak bukit, di lereng
gunung/ tempat yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini muncul dari
anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada pada suatu tempat yang lebih
tinggi. Terdapat peninggalan yang berhubungan dengan kepercayaan, yaitu
terdapat kebudayaan batu besar seperti menhir, dolmen, sarkofagus, waruga,
arca, serta punden berundak
♣ Kepercayaan masyarakat pada masa
ini diwujudkan dalam berbagai upacara tradisi Megalitikum/upacara-upacara
keagamaan, persembahan kepada dewa dan upacara penguburan mayat yang dibekali
dengan benda milik pribadi ke kuburnya.
♣ Terdapat kepala suku yang memiliki
kekuasaan dan tanggungjawab penuh terhadap kelompok sukunya. Seorang kepala
suku dapat mengatur dan melindungi kelompok sukunya dari segala bentuk ancaman
seperti, ancaman dari binatang buas, ancaman dari kelompok lainnya, ancaman
dari wabah penyakit. Roh nenek moyang selau mengawasi kelompok masyarakatnya.
Kepala suku berhak mengambil keputusan apapun.
♣ Wujud kepercayaan pada masa ini
tampak dengan telah dihasilkan bangunan megalit, seperti menhir, dolmen,
keranda, kubur batu, dll. Adanya bangunan megalit menunjukkan bahwa pemujaan
roh nenek moyang mempunyai tempat penting dalam kehidupan rohani pada masa itu.
Pada masa itu telah ada pula upacara yang berkaitan erat dengan kepercayaan
atau agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar