A. IMAN, ISLAM, DAN
IHSAN
1. Iman
Dari segi bahasa iman berarti
percaya.
Iman itu terdiri atas tiga
tingkatan:
a.
Tingkatan mengenal. Pada tingkatan pertama ini
seseorang baru mengenal sesuatu yang diimani.
b.
Tingkatan kesadaran. Pada tingkat kedua iman
seseorang sudah lebih tinggi, karena sesuatu yang diimani didasari oleh
alasan-alasan tertentu.
c.
Tingkat haqqul
yaqin. Tingkat ini adalah tingkatan iman yang tertinggi. Seseorang
mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi
dibarengi dengan ketaatan dan berserah diri kepada Allah.
2. Islam
Kata Islam berasal dari bahasa
Arab, yaitu : Islam, yuslim, Aslama
Yang artinya adalah Patuh,
tunduk, menyerahkan diri, selamat.
Sedangkan menurut istilah, Islam yaitu agama yang mengajarkan agar
manusia berserah diri dan tunduk sepenuhnya kepada Allah.
Yang dimaksud dengan tunduk atau
berserah diri adalah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan_Nya.
Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya sbb:
Artinya:
“Islam itu ialah engkau menyembah Allah
(menghambakan diri kepada_Nya, Dia sendiri saja), tiada engkau persekutukan Dia
dengan suatu yang lain, engkau dirikan sembahyang, engkau keluarkan zakat yang
difrdhukan, dan engkau tunaikan ibadah haji jika engkau sanggup pergi ke Baitullah.”
(HR.Bukhari)
·
Seseorang yang tunduk dan berserah diri kepada
Allah disebut muslim. Seseorang yang betul-betul muslim, hidup dan matinya
hanya semata-mata mencari keridhaan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur’an, surah Al-An’am ayat 162, yang artinya adalah:
“Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”
3. Ihsan
Ihsan artinya berbuat baik.
Berasal dari bahasa Arab: Ahsana, Yuhsin, Ihsana
Ihsan menurut istilah adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada
Allah swt. Dengan dilandasi kesadaran
dan keikhlasan.
Berbakti kepada Allah yakni
berbuat sesuatu yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri, sesama manusia,
maupun untuk makhluk lainnya. Semua perbuatan itu dilakukan semata-mata karena
Allah, seolah-olah orang yang melakukan perbuatan itu sedang berhadapan dengan
Allah.
Dalam sebuah hadits, rasulullah
menerangkan yang artinya:
“Bahwa
engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat_Nya, tetapi jika engkau tidak
melihat_Nya, Dia pasti melihat engkau.”
Ihsan ada empat macam, yaitu:
a.
Ihsan terhadap Allah, yakni mengerjakan segala
perintah_Nya, dan menjauhi segala larangan_Nya.
b.
Ihsan terhadap diri sendiri, yakni mengerjakan
segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan menghindari
semua perbuata yang mendatangkan kecelakaan atau kerugian kepada diri sendiri.
c.
Ihsan terhadap sesama manusia, yakni berbuat
baik kepada saudara berdasar keturunan, saudara tetangga, kerabat, ataupun
seagama. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 36, yang
artinya adalah :
Artinya:
“. . . Dan berbuat baiklah kepada
kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu
miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan
diri.”
d.
Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan),
yakni berbuat baik atau memelihara alam lingkungan agar tetap lestari dan tidak
punah.
4. Hubungan dan
Perbedaan antara Iman, Islam, dan Ihsan
Hubungan antara iman, Islam dan
ihsan bagaikan segitiga sama sisi. Hubungan antara sisi yang satu dan sisi yang
lainnya sangat erat. Jadi orang yang takwa ibarat segitiga sama sisi, yang
sisi-sisinya terdiri dari iman, Islam dan Ihsan. Segitiga tersebut tidak akan
terbentuk jika ketiga sisinya tidak saling mengait.
Islam merupakan sikap untuk
berbuat atau beramal. Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata.
Ihsan merupakan ukuran tipis tebalnya iman dan Islam seseorang.
5. Rukun Iman
Rukun Iman ada 6 perkara:
a.
Iman kepada Allah
b.
Iman kepada para Malaikat
c.
Iman kepada kitab-kitab Allah
d.
Iman kepada para Rasul Allah
e.
Iman kepada hari kiamat (hari akhir)
f.
Iman kepada qadha dan qadar Allah
6. Hal-hal lain
yang juga harus diimani
a. Ruhaniyat
(spiritual), yaitu yang berhubungan
dengan makhluk gaib, seperti adanya roh yang terdapat pada jasad manusia,
adanya jin dan setan.
b. Ketuhanan, yaitu yang berhubungan dengan nama, sifat,
kudrat atau kekuasaan Allah, misalnya Allah memperjalankan Nabi Muhammad dalam
peristiwa Isra’ Mi’raj.
c. Kenabian/kerasulan,
yang menyangkut sifat-sifat dan kesucian
para nabi, yaitu tentang orang-orang yang memiliki ketakwaan yang sangat
mendalam di luar kebiasaan manusia pada umumnya. Orang-orang tersebut dinamakan
Wali Allah.
d. Sam’iyat, yaitu hala-hal yang berhubungan dengan
alam ghaib, seperti alam barzah, padang mahsyar, siksa kubur, nikmat kubur,
tanda hari kiamat, dan hidup sesudah mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar